Hari Buruh ( May Day)
Hari Buruh pada umumnya
dirayakan pada umumnya pada tangga 1 Mei, dan dikenal dengan sebutan May Day. Hari
buruh ini adalah sebuah hari libur (di beberapa negara) tahunan yang berawal
dari usaha gerakkan serikat buruh untuk merayakan keberhasilan ekonomi dan
sosial para buruh.
Perbedaan Hari Buruh dan May
Day
Perbedaannya itu ialah
bahwa Hari Buruh lebih bersifat atau universal. Sedangkan May Day itu hari
buruh yang diperingati pada tanggal 1 Mei. May Day agak kontroversial sebab ada
hubungannya dengan gerakkan Marxisme yang muncul dari Eropa dan terutama
Jerman. Jadi yang dikenal May Day itu sama saja seperti Hari Buruh
Internasional, sedangkan yang berbeda yaitu Hari Buruh Internasional, Hari
Buruh Internasional serentak dirayakan diseluruh dunia sesuai apa yang telah
ditetapkan pada Kongres Sosialis Dunia di Paris.
Sejarah Singkat Hari Buruh
setiap Tanggal 1 Mei,
kaum buruh dari seluruh dunia memperingati peristiwa besar yaitu demonstrasi
kaum buruh di Amerik Serikut pada tahun 1886, yang menuntut pemberlakuan
delapan jam kerja. Tuntutan ini terkait dengan kondisi saait itu, ketika kaum
buruh dipaksa bekerja selama 12 sampai 16 jam per hari. Demonstrasi besar yang
berlangsung sejak April 886 pada awalnya didukung oleh sekitar 250 ribu buruh. Dalam
jangka waktu dua minggu membesar menjadi sekitar 350 ribu buruh. Kota Chicago
adalah jantung gerakan diikuti oleh sekitar 90 ribu buruh. Di New York,
demonstrasi yang sama diikuti oleh sekitar 10 ribu buruh, di Detroit diikuti 11
ribu buruh. Demonstrasi pun menjalar ke berbagai kota seperti Louisville dan di
Baltimore demonstrasi mempersatukan buruh berkulit putih dan hitam. Sampai pada
tanggal 1 Mei 1886, demonstrasi yangmenjalar dari Maine ke Texas, dan New
Jersey ke Alabama diikuti oleh setengah juta buruh di negeri tersebut. Perkembangan
ini memancing reaksi yang juga besar dari kalangan pengusaha dan pejabat
pemerintahan setempat saat itu. Melalui Chicago’s Commercial Club, dikeluarkan
dana sekitar US$2.000 untuk membeli peralatan senjata mesin guna menghadapi
demonstrasi. Demonstrasi damai menuntut pengurangan jam kerja itu pun berakhir
dengan korban dan kerusuhan. Sekitar 180 polisi menghadang demonstrasi dan
memerintahkan ahar demonstran membubarkan diri. Sebuah bom meledak di dekat
barisan polisi. Polisi pun membabi-buta menembaki buruh yang berdemonstrasi. Akibatnya
korban jatuh dari pihak buruh pada tanggal 3 Mei 1886 empat orang buruh tewas
dan puluhan lainnya terluka. Dengan tuduhan terlibat dalam pemboman delapan
orang aktivis buruh ditangkap dan dipenjarakan. Akibat dari tindakan ini,
polisi menerapkan pelarangan terhadap setiap demonstrasi buruh. Namun kaum
buruh tidak begitu saja menyerah dan pada tahun 1888 kembali melakukan aksi
dengan tuntutan yang sama. Selain itu, juga memutuskan untuk kembali melakukan
demonstrasi pada 1 Mei 1890. Rangkaian demonstrasi yang terjadi pada saat itu,
tidak hanya terjadi di Amerika Serikat. Bahkan menurut Rosa Luxembrug )1894),
demonstrasi menuntut pengurangan jam kerja menjadi 8 jam perhari tersebut
sebenarnya diinspirasikan oleh demonstrasi serupa yang terjadi sebelumnya di
Australia pada tahun 1856. Tuntutan pengurangan jam kerja juga singgah di
Eropa. Saat itu, gerakan buruh di Eropa tengah menguat. Tentu saja, fenomena
ini semakin mengentalkan kesatuan dalam gerakkan buruh se-dunia dalam satu
perjuangan. Peristiwa monumental yang menjadi puncak dari persatuan gerakan
buruh dunia adalah penyelenggaraan Kongres Buruh Internasional tahun 1889. Kongres
yang dihadiri ratusan delegasi dari berbagai negeri dan memutuskan delapan jam
kerja per hari menjadi tuntutan utama kaum buruh seluruh dunia. Selain itu,
Kongres juga menyambut ulusan delegasi buruh dari Amerika Serikat yang menyerukan
pemogokkan umum 1 Mei 1890 guna menuntut pengurangan jam kerja dengan
menjadikan tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh se-Dunia. Delapan jam/hari atau
40jam/minggu (lima hari kerja)telah ditetapkan menjadi standar perburuhan
internasional oleh ILO melalui Konvensi ILO no,01 tahun 1919dan Konvensi no.47
1935. Khususnya untuk konvensi no.47 tahun 1935. Ditetapkannya konvensi
tersebut merupakan suatu pengakuan Internasional yang secara tidak langsung
merupakan buah dari perjuangan kaum buruh se-dunia untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak. Penetapan 8 jam kerja per
hari sebagai salah satu ketentuan pokok dalam hubungan industrial perburuhan
adalah penanda berakhirnya bentuk-bentuk kerja-paksa dan perbudakan yang
bersembunyi di balik hubungan industrial. Selain itu, perjuangan kaum buruh di
AS yang kemudian diikuti oleh gelombang kebangkitan gerakan buruh di
negeri-negeri lainnya, juga telah memberikan inspirasi kepada golongan kelas
pekerjaan dan rakyat tertindas lainnya untuk bangkit berlawan. Di Indonesia
SATU Mei disebut juga May Day oleh pemerintah pernah mewajibkan peringatan hari
tersebut melalui UU No. 1 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya UU Kerja
Tahun 1948. Pasal 15 ayat 2 menyebutkan, “Pada hari 1 Mei, buruh dibebskan dari
kewajiban bekerja”, karena alasan politik, Orde Baru melarang peringatan Hari
Buruh Internasional. Sejak saat itu, peringatan 1 Mei tidak pernah diakui oleh
pemerintah dan pada tanggal 1 Mei klas buruh/pekerjaan tidak lagi mendapatkan
kebebasan dari kewajiban untuk tidak bekerja/libur. Bahkan buruh dilarang untuk
merayakan 1 Mei sebagai Hari Buruh SeDunia.
Hari Buruh di Indonesia
Indonesia pada tahun
1920 juga mulai memperingati hari Buruh tanggal 1 mei ini. Ibarruri Aidit(
putri sulung D.N. Adit) sewaktu kecil bersama ibunya pernah menghdiri
peringatan Hari Buruh Internasional di Uni Sovyet, sesudah dewasa menghadiri
pula peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei 1970 di Lapangan Tian An Men RRC
pada peringatan tersebut menurut dia hadir juga Mao Zedong, Pangeran Sihanouk
dengan istrinta Ratu Monique, Perdana Menteri Kamboja Pennut, Lin Biao (orang
kedua Partai Komunis Tiongkok) dan pemimpin Partai Komunis Birma Thaksin B Tan
Tein.
Tapi sejak masa
pemerintahan Orde Baru hari Buruh tidak lagi diperingati di Indonesia, dan
sejak itu, 1 Mei bukan lagi merupakan hari libur untuk memperingati peran buruh
dalam masyarakat dan ekonomi. Ini disebabkan karena gerakan buruh dihubungkan
dengan gerakan dan paham komunis yang sejak kejadian G30S pada 1965 ditabuhkan
di Indonesia.
Semasa Soeharto
berkuasa, aksi untuk peringatan May Day masuk kategori aktivitas subversif,
karena May Dat selalu dinotasikan dengan ideologi komunis. Konotasi ini jelas
tidak pas, karena mayoritas negara-negara di dunia ini, menetapkan tanggal 1
Mei sebagai Labour Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.
Setelah era Orde Baru
berakhir, walaupun bukan hari libur, setiap tanggal 1 Mei kembali marak
dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan demonstrasi di berbagai kota. Kekhawatiran
bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei membuahkan
kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti. Sejak peringatan May Day tahun 1999
hingga 2006 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan
massa buruh yang masuk kategori “membahayakan ketertiban umum”. Yang terjadi
malahan tindakan represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka
masih berpedoman pada paradigma lama yang menganggap peringatan May Day adalah
subversif dan didalangi gerakan komunis.
https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=663346130367120&id=656587987709601&substory_index=0&_rdr
( 1 Mei 2014)
ANALISIS:
Hari buruh diperingati
untuk mengigat peristiwa demi peristiwa dan sebuah tragedi yang terjadi yang
menimpa kaum buruh di Chicago. Hari buruh ini menjadi hari untuk mengingat
bahwa kelas buruh adalah kelas yang tertindas di dalam sistem kapitalisme ini. Di
Indonesia tercatat sebagai negara Asia pertama yang merayakan 1 Mei sebagai
hari buruh. Hari buruh bukanlah kesenangan terhadap suatu romantisme yang
diperingati layaknya hari raya besar, tetapi lebih kepada hari dimana untuk
membangun kesadaran kelas dan memperkuat persenjataan politik. Hanya dengan
demikian kita bisa mendorong mau gerakan buruh ini ke tingkatan yang lebih
tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar